Saya mengenal Anida (@nidnod) dari twitter-nya, ketika ia bercerita mengenai "career break". Istilah baru untuk saya saat itu, namun saya langsung menyukai konsepnya: break satu tahun dari kerja rutin dan mendapatkan working and holiday visa di Australia.
Ketika kemudian saya melihat Anida tweet pic buku barunya Under The Southern Stars, waaaah... saya langsung ke Gramedia dan seneng banget menemukan buku Under The Southern Stars ini. Covernya sangat syahdu namun eye catching. Terlihat 4 pejalan berada di bawah bintang, duduk di atas mobil yang membawa mereka dari Perth menuju Melbourne.
Menjadi teman perjalanan saya ke Cirebon |
Di awal buku, Anida bercerita mengenai perjuangannya mencari kerja di Perth, hingga ia sempat pingsan karena exhausted menjadi waitress di sebuah restoran. Kalimatnya yang menyentil di bagian ini: "Ketika kau dibayar per jam, setiap detik adalah perjuangan. Tidak ada kata nganggur... Betapa berbedanya dengan kehidupanku dulu. Masih punya waktu bercanda di sela-sela pekerjaan sambil SMS-an..." JLEB!
Anida bercerita dengan bahasa yang enak untuk dibaca, saya tidak sabar membuka halaman demi halaman. Selain membaca ceritanya, saya juga menikmati halaman bergambar yang di setting sangat cantik oleh Anida sendiri. Ia seolah tau, kapan pembaca ingin melihat visualisasi dari apa yang ia ceritakan. Begitu melihat halaman berikutnya, Anida sudah siap memanjakan pembaca dengan full page picture.
Anida berhasil melibatkan perasaan saya mengikuti alur cerita di buku ini. Di sisi yang lain, saya menjadi mengerti suka dan duka para pencari "Working and Holiday Visa" ini. Saya pun dibuat bernostalgia karena saat berusia 16 tahun, pernah merasakan "study break" dan tinggal di Belanda. Namun bedanya, saya tinggal di host families dan diberi uang saku bulanan. Ada saat-saat saya merasa homesick, berpikir apakah pilihan yang tepat pergi seorang diri dan tinggal di Belanda.
Anida ternyata merasakan hal yang sama, saya baca di bukunya: "Masih teringat jelas saat awal pindah kota aku terduduk menangis karena rindu dan bertanya-tanya apakah pilihanku benar. Bukannya menyuruh pulang atau memberikan kata-kata hiburan, Ibu justru berkata "Nduk, ini adalah pilihan hidup yang sudah kamu pilih. Jangan menangis, jalani hidupmu dengan penuh tanggung jawab"
Tidak terasa air mata saya meleleh. I could feel her...
Di akhir buku, saya dibuat penasaran setelah Anida dan ketiga rekannya tiba di Melbourne. Hey, what's next? Bagaimana kisah Anida yang setelah tiba di Melbourne akan melanjutkan perjalanan ke New Zealand? Saya harus sabar menunggu buku selanjutnya.
tesyasblog's Giveaway
Penasaran dengan buku Anida? tesyasblog.com memberikan tiga buku yang sudah di tandatangani langsung oleh Anida! Cukup tulis di komentar di bawah ini, apakah kamu ingin mencoba mencari Working and Holiday Visa seperti Anida? Iya atau tidak, tolong di share alasannya ya.
P.S. Buku hanya akan dikirim ke alamat pemenang di Indonesia. Syarat ikutan giveaway ini, sudah follow twitter @tesyasblog dan like fanpage Tesyasblog ya.
Jawaban ditunggu hingga 15 November 2014, dan pemenang akan diumumkan pada tanggal 16 November 2014 ya.
written on November 3, 2014 by @tesyasblog
Mendapatkan working and holiday visa, tentu menarik sekali. Karena saya suka traveling, tapi biasanya saya hanya melakukan perjalanan-perjalanan pendek, kurang dari seminggu. Alasannya ya berkisar dua hal: waktu atau biaya. Hehe. Tapi beberapa kali saya juga mengandaikan, kalau suatu saat saya bisa melakukan long trip ke negara-negara lain. Melakukan perjalanan dari satu negara asing ke negara asing lainnya, tentu menyenangkan. Dapat merasakan atmosfer baru, bergaul dengan manusia-manusia baru, dan menghasilkan cerita-cerita baru untuk dituliskan. Ya, saya suka menulis, kadang-kadang.
ReplyDeleteTapi, saya ini orangnya suka khawatir akan segala sesuatu. Misalnya, jika suatu saat saya memutuskan melakukan perjalanan panjang, dan sudah menyiapkan sejumlah dana besar, pasti masih ada kekhawatiran kalau uangnya akan kurang saat di tengah perjalanan. Makanya, memperoleh working and holiday visa tentulah menggiurkan. Bisa traveling di negara asing sekaligus bekerja, melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan orang lokal. Pasti semakin banyak kesempatan untuk melihat dan merasakan kehidupan setempat.
Tapi--lagi-lagi--saya ini orangnya banyak khawatir. Saya pernah membaca kalau untuk memperoleh working and holiday visa itu syaratnya... ribet. Kalau nggak salah, tetap diperlukan sejumlah besar dana pribadi sebagai jaminan. Nah, kalau Anida saja bisa mendapatkannya, berarti nggak mustahil dong ya, meski harus memenuhi berbagai persyaratan.
Makanya, saya ingin sekali suatu hari dapat duduk bersebelahan dengan Anida dan mendengarkan kisah-kisahnya saat memperoleh dan memanfaatkan working and holiday visa. Pengalaman pribadi seseorang tentulah peletup semangat yang paling jitu. Atau kalau belum bisa bertemu, minimal saya ingin sekali membaca ceritanya di buku perdananya ini: Under The Southern Stars.
Saya percaya tulisan yang berasal dari hati akan menyentuh hati pembacanya juga. Dan melalui resensi di Tesyablog ini, saya dapat merasakan kalau Anida menulis kisahnya, tulus dari hati. :)
Dini
@dinoynovita
Hi Dini,
DeleteYou need to remember one thing: worrying won't take you anywhere! Ketika kamu punya mimpi besar, you have to really really really really REALLY want it to happen and make sure it WILL happen. Jangan remehkan kombinasi mimpi dan hati :)
Anida
Sewaktu saya masih belum berkeluarga pasti saya menjawab ya ketika ditanya apakah ingin mencari Working dan Holiday Visa. Memang waktu itu saya getol sekali untuk, lebih tepatnya, kuliah keluar negeri. Beberapa universitas "apply" tapi belum ada kabar baik. Hingga suatu saat saya berhenti mencari karena statement dari mama, "Kamu mau ninggalin mama tinggal diluar negeri? Kamu ga kasihan sama mama?" Saya kaget juga mendengarnya, mencoba meng-"counter" dengan beberapa alasan, jawaban mama masih sama. Saya jadi berpikir masakan harapan untuk kuliah dan traveling di negara orang harus pupus begitu saja.
ReplyDeleteBegitupun sesudah menikah, harapan itu sebenarnya masih ada. Karena saya sudah mengambil master di dalam negeri jadilah harapan untuk bekerja keluar yang timbul. Lagi-lagi harapan seolah-olah pupus bahkan untuk memulai mencari dan mengajukan aplikasinya dari keluarga kecil saya yang terbilang baru. Sekali lagi saya berpikir, masakan menikmati atmosfer yang baru di negeri orang harus kembali pupus.
Hingga akhirnya saya mendapat inspirasi dari beberapa blogger termasuk blog mba Tesya. Cita-cita saya untuk keliling dunia masih membucah dan kali ini harus bersama seluruh keluarga kecil saya. Saya sudah mengutarakan keinginan ini dengan suami saya dan diiizinkannya. Walaupun tidak bisa merasakan bagaimana kehidupan kerja di negara orang selayaknya orang-orang lokal tapi pasti ada jendela baru yang dibuka dari pengalaman traveling-traveling singkat nantinya. Sekarang tinggal memulai bagaimana mensinkronkan cita-cita saya, kebutuhan rumah tangga, dan pengelolaan pemasukan yang ada.
Saya belum tahu apa yang ditulis oleh Anida dalam bukunya. Tapi saya yakin perjalanannya di negeri orang sebagai pekerja dan pejalan pasti menginspirasi semangat saya yang juga adalah pekerja penuh waktu di negeri sendiri, seorang istri, dan seorang penyuka jalan-jalan.
Terima kasih mba Tesya sudah mau membagi sekilas akan buku ini. :)) Maaf kalau komennya kepanjangan ya mba :D
Regards,
sanwajourneys.com
Ya, aku ingin memperoleh Working and Holiday Visa seperti Anida ^.^ Aku ingin jadi backpacker dan mengelilingi Eropa. Tapi, aku belum beruntung untuk memperoleh kesempatan itu. Masalah biaya dan birokrasinya membingungkan. Aku ingin sekali melihat spot-spot indah, mempelajari budaya negara lain, dan berinteraksi dengan penduduk negara lain. Inginnya sih sambil kerja bisa short course tentang kuliner asli atau short course tentang crafts negara-negara tersebut. Belajar bahasa asing langsung di negaranya. Sekalian ngunjungi beberapa sahabat pena lama =) Aku ingin sekali mengabadikan pemandangan-pemandangan indah dengan melukis walaupun teknik melukis aku masih mentah. Juga melukis karakteristik wajah dan menangkap kepribadian penduduk asli negara-negara tersebut.
ReplyDeleteAku juga pernah membaca tentang au pair, tapi ada pembatasan umur. Ada tidak ya program-program kerja di luar negeri yang terbukti aman dan riil. Bingung sih nyari infonya karena sekarang banyak spam kalau nyari info sendiri di internet.
Kalau sekarang, aku cukup puas kalau bisa baca bukunya dulu, Under the Southern Stars. Tinggal membuka halaman pertama…tarik nafas…dan lompat ke dunia petualangan baru =) Trims ^.^
Twitter : @siscacook
FB : Sisca Wiryawan
Begitu mengetahui novel karya ka Anida ini, saya langsung terpana dengan sampulnya yang wow, menarik sekali. Setelah saya mengetahui tentang isi dari novel ini sayapun tambah tertarik dan penasaran, working and holiday visa!
ReplyDeleteTentu saja bagi saya yang suka jalan-jalan, entah itu hanya di dalam kota mencari tempat-tempat baru ataupun mencari keindahan lain di luar kota satu hal tersebut sangat menggiurkan. Siapa yang tidak mau mendapatkan working and holiday visa ini?
Apalagi, saya merasa di usia saya sekarang, saya masih leluasa untuk mencari pengalaman lebih banyak lagi dan menjelajahi banyak tempat di dunia ini.
Tapi, tentu banyak lagi pertimbangan lain saat ingin mengikuti WHV ini, selain saya juga harus menyiapkan mental untuk survive disana, saya juga harus belajar lebih mandiri, ga banyak ngeluh lagi hihihi
Mungkin kalau saya pulang setelah WHV, bisa kebayang saya jadi wanita yang lebih mandiri dan though, pasti :)
Apalagi, kalau bisa seperti ka Anida yang berhasil keliling Australia, rasanya like a dream come true bangeeet.
Mungkin kalau saya membaca keseluruhan novel Under the Sourthern Stars ini akan menambah semangat saya untuk bisa mewujudkan mimpi keliling dunia, maybe salah satu cara dengan WHV.
Terimakasih sudah membuat resensi dan membuat give away novel ini kak, semoga sukses selalu mengelilingi kita semua :))
@febynia
Apakah kamu ingin mencoba mencari Working and Holiday Visa seperti Anida?
ReplyDeleteIya tentu, saya termasuk orang yang takut keluar dari zona nyaman, jika sudah nyaman dengan suatu tempat saya tak berani keluar-keluar. Sehingga membuat saya tak ke mana-mana. Hanya di situ-situ saja dan tak jauh-jauh. Sering muncul kekhawatiran tentang ini dan itu. Jangankan traveling sendiri, ramai-ramai pun saya jarang melakukannya. Mungkin dengan mencoba working and holiday visa saja bisa keluar dari zona nyaman saya dan bisa lebih banyak lagi belajar tentang hal-hal yang tak saya ketahui soal dunia luar.
Tanpa mencoba, saya tak akan tahu bagaimana rasanya, dan tanpa mencoba saya tak tahu hasilnya akan seperti apa, satu yang pasti, saya yakin kecil atau besar sebuah perjalanan bisa membawa perubahan. Sebenarnya masih tersimpan dalam impian saya untuk pergi keluar negeri sendirian dan bekerja di sana.
Saya sendiri belum tahu mendalam tentang working and Holiday Visa. Bagaimana caranya, apa saja yang musti dilakukan dan lain sebagainya. Saya pun tak tahu mendalam tentang buku ini, dengan membacanya nanti pasti banyak sekali yang bisa saya pelajari.
Terima kasih, Kak. :)
@DJ_AMALL
Pengin lah pastinya, target sebelum usia 30. Ada beberapa alasan:
ReplyDelete1. Menabung pengalaman. Buat aku pengalaman itu pricey, dibanding ngabisin masa muda utk spend money buy things to show people we dont like if we can. Mendingan ditabung utk pengalaman berharga dibanding beli barang branded yg gk kita butuh. It's me lhoh ;)
2. Melakukan hal" yg gak biasa. Kalau dikasih kesempatan penginnya ke Australia. Even expensive but worth to visit. Disana aku pengen bgt melakukan sesuatu yg msh gengsi utk dikerjakan disini (waitress di coffee shop, kerja di bandara, peternakan, ngurusin hewan piaraan krn warga Australia kan sayang bgt sm pet mereka, jd sukarelawan di animal shelter) pokoknya do things yg dianggap sebelah mata disini tapi dihargai di luar sana. Jd care taker Great Barrier Reef kyk Ben Southall jg keren bgt tuh!
3. Memupuk kepercayaan diri berinteraksi sm org asing. Realize that we are not alone in this earth. Interact with same ppl during our life is wasting. Be confident doing convo with global community will open our mindset that this world is big to travel ;)
4. Jalan" gratis. Gk munafik ya siapa sih yg gk mau traveling gratis? So many ways to do this. Work and holiday visa ini slh satu cara utk ngeliat dunia with different side. Atau yg suka anak kecil bs ikut program Au Pair di Eropa yg juga keren bgt jadinya kita bs tau gmn keseharian di Eropa. Pokoknya pengen bgt deh WHV buat menikmati masa muda
5. Melihat dunia yg sebenarnya. The world is out there, not maps or books. Whv ini bener" cara yg efektif supaya berani keluar dr zona nyaman dan dapet banyak pelajaran hidup. Krn belajar gk cuma di kelas, pelajaran sbenarnya ada di perjalanan.
Mudah"an buku yg kak nidnod tulis ini bs menginspirasi anak muda Indonesia selain aku supaya gk cuma berlindung di balik tembok tapi lihat dunia yg menunggu di luar sana. Keep inspire ppl ya kak nidnod!
Your tweet stalker,
@NintyaSR
Hi Nintya,
DeleteCuma mau nambahin, lewat WHV itu bukan berarti kamu jalan-jalan gratis yaa. Kamu masih harus melewati proses bekerja keras untuk mendapatkan $$ dan usaha extra keras untuk menyimpan $$ tersebut untuk jalan-jalan selanjutnya.. Kalo gak bisa nabung yaa gak bisa jalan-jalan :)
Semoga target-targetmu bisa terwujud yaa.
Hihi lupa menyampaikan bahwa gratis yg kumaksud adlh gk minta lg sm orgtua. Jd jalan" gratis dgn keringat sendiri. Makasih kak nidnod. Keep inspiring!❤
DeletePercaya ga? kalo ka Nidnod yang pertama kali ngenalin WHV ke aku lewat tweet dan blognya, dan seketika itu juga aku berniat untuk ikutan. 2012 lalu saya masih banyak pertimbangan ini dan itu, awalnya saya mau mengajukan 2016, tapi melihat sulitnya meminta izin di tahun tsb (papa n mama saya sudah pensiun di tahun itu) jadi secara mendadak saya majuin ke 2015, nah sekarang persiapan sudah mulai saya lakukan kak, tapi menunggu daftar interview keluar dari Imigrasi aja udah bikin mules :)) katanya saking ngantri kemungkinan aku baru bisa interview Februari *nangis kejer*
ReplyDeletehahahahah semoga bisa dipercepat minimal ke Desember deh, ga sabar mau bertualang dan merasakan hal yg baru, ortu juga sudah wanti-wanti, "kamu yakin mau meninggalkan semua kenyamanan yang udah kamu punya di sini?" "ga sayang kalo harus resign?"
aku dengan tekad bulat langsung bilang, "engga mah, kalo tahun 2016 sudah terlalu terlambat, aku mau nabung buat biayain adik kuliah, pokoknya saat dia kuliah, aku ga mau mama dan papa yang bayarin uang kuliahnya, dia udah tanggung jawab aku" lalu Mama mengamini dan membolehkan saya untuk ikut WHV tahun depan
*semoga semuanya dilancarkan* aminnnn
Apakah kamu ingin mencoba mencari Working and Holiday Visa seperti Anida? Iya atau tidak?
ReplyDeleteBukan "iya" atau "tidak" lagi, tapi "harus!".
Tahun ini tahun ke-5 saya LDR dengan pacar yg berdomisili di Sydney. Capek bgt jauh2an, setahun ini sudah mencoba apply Prospective Marriage Visa tapi adaaa aja hambatannya. PMV ini jadi semakin mengawang-awang & WHV datang sebagai solusi yg lebih masuk akal. Memang sih cuma solusi sementara karena setelah setahun toh harus out dari sana, haha ... Tapi paling nggak setahun kemudian itu sudah punya amunisi lebih utk apply PMV (tabungan, icip2 hidup di sana, dll.)
Selama 5 tahun belakangan rasanya selalu menjadi pihak yg "pasif" & hanya "menunggu" utk "diboyong" ke sana. Sudah saatnya untuk saya "aktif" memperjuangkan hubungan ini *tsahh*.
Sekarang ini masih tahap persiapan dan itu pun udah deg2an nggak karuan. Tapi segala jungkir balik ini sepadan kok dengan yg sedang diperjuangkan di sana :)
Semangat juga buat Mbak Meidiana yg juga lagi berjuang utk WHV~ Semoga semua dilancarkan, aminnnn.
@titish
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteApakah kamu ingin mencoba mencari Working and Holiday Visa seperti Anida?
ReplyDeletekalau saya ya dan harus.
sebelum sibuk, sebelum ga ada lagi waktu, sebelum punya keluarga, sebelum umur 30. kenapa engga ?
setelah saya tau tentang WHR saya langsung cari" informasi di mulai dari persyaratan hingga kehidupan disana. ternyata banyak juga yang WHV disana ga cuma dari indonesia aja, dari eropa termasuk dari uk pun banyak. daya liat" video WHV disana sangat seru, yang pasti racun banget..
ya dimulai dari situ, RACUN. apalagi setelah ada buku ini nih yang racunnya mematikan.
tp, kesana butuh persiapan pastinyaa.
semua berasal dari penasaran dan persiapan dan berakhir dengan pengalaman pastinya.
tiap detik berarti mungkin ga cuma pas kerja kali ya, disana tiap detiknya berarti. berarti untuk mencari pekerjaan, mencari uang atau kenalan untuk liburan.
Saya mau bekerja dan bertahan hidup dari nol lagi, dari bekerja kasar, nyari” kerjaan ya berusaha yang penting.
saya pikir WHV bukan ajang untuk mencari kekayaan melainkan untuk bagaimana kita mengatur waktu dan keadaan disaat kita di negri orang dengan ribuan tantangan dan tekanan kitapun harus bertahan hidup dan sesekali liburan. ya yang pasti untuk mencari pengalaman dan cerita. wawasan,link,skill,softskill,pengalaman bakal bertambah dan ter-asah.
ya jadi intinyaaa mungkin berawal dari tantangan berakhir dengan pengalaman.
@tyosukmaa
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteMencari WHV? Sayangnya sampai saat ini saya belum pernah terpikir untuk kesana.
ReplyDeleteSaya suka traveling, pergi ke tempat baru, tapi saya blm punya pengalaman solo traveler. Bekerja di tempat baru? sendiri? belum untuk saat ini.
'Keinginan untuk tinggal di Australia, ada?'
Untuk pertanyaan ini, pasti saya jawab 'tentu!' Tapi bukan untuk bekerja.. dan sendiri.. mungkin untuk menghabiskan waktu berlibur bersama orang-orang terdekat.
Saya termasuk tipe orang yg sulit untuk keluar dari zona nyaman, bukan hal yg baik ya ?
Tapi saya masih begitu sampai sekarang.. :(
Sekarang saya masih kuliah, masih belum tahu nanti suasana bekerja itu seperti apa, apakah nanti saya bisa tiba-tiba berpikir untuk career break, siapa yg tahu ?
Makanya skrg saya sangat ingin membaca Under The Southern Stars, mungkin buku ini bisa menjadi salah satu pengaruh perubahan besar dalam hidup saya, let see! ;)
Fini,
@finiamalia
YEEEESSSS
ReplyDeletemenjelajah tiap detail di negeri asing mungkin merupakan impian saya. di hari pertama kuliah pun saat saya ditanya oleh dosen "why do you take the english literature?" dengan gamblang saya menjawab "i have a kind of silly reason. i choose to take this major since i want to go abroad" dan kemudian beliau berkata bahwa itu bukan jawaban silly tapi mimpi yang harus dikejar. YA TENTU!..
explorasi negeri asing faktanya tidaklahh murah, apalagi yang berhasil kak nidnod lakukan which is Australia. sudah bukan rahasia bahwa Australia termasuk negara 'mahal'. pastinya WHV akan sangat membantu para kaum yang haus akan penjelajahan hal baru. Saya belum pernah sekalipun berkesempatan untuk pergi ke luar negeri. Dan memang sejak akhir tahun kemarin saya berusaha mengumpulkan informasi terkait cara-cara agar sampai kesana. Salah satunya dengan WHV ini.
memiliki WHV bukan berarti kita bisa bersantai melakukan travelling cantik, tapi ini berarti kita harus siap dengan berbagai hal baru. selain WHV membuat saya tertarik untuk dapat menjelajah Australia, melihat indahnya Sidney, saya juga ingin mengetahui seberapa berat tantangannya bekerja disana. banya orang bilang bahwa bekeja di luar negeri sangat berat. Dan saya tergelitik untuk mencobanya langsung.
selain itu, jika sudah berkesempatan mendapat WHV dan bekerja di australia, kita juga bisa mempelajari aneka budaya yang mereka miliki secara langsung (bukan lagi hasil googling). akan sangat menyenangkan mempelajari budaya mereka, karna itu juga bisa memotivasi kita untuk lebih mengenal budaya kita sendiri nantinya. kemudian, disana kita juga bisa melihat kebiasaan-kebiasaan mereka. apa yang sehari-harinya meeka lakukan, bagaimana lingkungan pekerjaan, bagaimana atmosfir tempat kerja kita dimanapun itu.
sangat baik mempelajari banyak hal dari negara asing, karena kebiasaan baiknya bisa kita share saat kembali pulang nanti. WHV juga bisa membatu saya mengaplikasikan kemampuan bahasa inggris hasil dari 4 tahun bangku kuliah. jadi critanya bisa langsung belajar pada para native speakers disana. apa lagi bahasa inggris australia yang dikenal sulit dipahami untuk orang indonesia. It will be great, then.
Thus, dengan WHV Australia ditangan, kita bisa menjadi lebih kuat karena telah ditempa di tempat yang benar benar asing, bisa mengenal budaya yang mereka miliki, bisa melihat kebiasaan baik mereka yang membuat Negara mereka menjadi sebegitu maju (kalau mereka bisa, kenapa kita tidak), bisa belajar berbaha inggris dengan para native, dan pastinya mewujudkan mimpi untuk pergi ke luar negiri dan menjelajahi setiap inch tanah mereka.
Dan saya benar-benar ingin memiliki dan membaca buku Under The Southern Stars ini karena pastinya akan menjadi salah satu motivasi saya, penggerak saya saat merasa lelah mencari, dan guidance untuk memantapkan diri sebagai penjelajah. Want It So Much
Trimakasih sebelumnya
Aku dah baca di gramed, maaf ngak beli coz ada yg plastiknya dah kebuka trus aku baca dan ngak terasa sampai sejam habissss #Maaf
ReplyDeleteHahahha ternyata suka baca buku yang kebuka di gramed juga ya Kak:D
DeleteKalau ditanya mau mencari dan ikut WHV, siapa sih yg ga mau? Sejak kali pertama follow Mba Anida di twitter, saya memang tertarik sekali dengan WHV ini. Bahkan, tahun kemarin (2013) karena sering melewati Kedubes Australia (agak maksa ya. Haha), keinginan saya menjadi semakin menjadi-jadi. Tapi ternyata, makin ke sini ke usia saya yg sepertinya udah makin 'matang' dan menjadi banyak pertimbangan tersendiri.
ReplyDeletePertama, bahasa Inggris saya masih sangat belum bagus. Mencoba belajar otodidak, tapi percuma jg ternyata kalau nggak sering dipraktikkan. Okelah kalau ada yg bilang kalau udah nyampe di sana pun pasti nanti bisa. Emang iya, tapi kemampuan berbahasa setiap orang akan berbeda dan logat orang bule asli pasti akan bikin gegar budaya tersendiri. Nyobain nonton film barat tanpa subtitle saja udah bikin saya meraba2 artinya apa. Gimana kalau bercakap2 dan membutuhkan respons cepat? Hehe. Mungkin saya terlalu berlebihan :D
Kedua, WHV berarti secara nggak langsung memaksa kita untuk bekerja dan menabung untuk bisa jalan2 di Australia. Dan yg paling dibutuhkan dari pekerjaan manapun adalah mental. Kuat atau tidaknya mental seseorang, apalagi kerja di luar negeri dengan bahasa, orang2, budaya kerja, yang mungkin akan sangat berbeda dengan Indonesia.
Ketiga, kemungkinan akan meninggalkan orangtua dalam waktu setahun, membuat saya jadi mellow. Apalagi umur mama-papa udah ga muda lagi.
*padahal kan WHV-nya belum tentu di-acc :))))))))) terlalu banyak kekhawatiran ternyata ya.
Saya memang pengin traveling ke Australia, tapi sepertinya keinginan saya untuk ikut WHV tidak semenggebu setahun kemarin. Semoga ada jalan lain untuk membawa saya ke benua tempat bintang selatan :)
Putri
@husfaniputrii
Fb: Husfani A. Putri